Dua puluh lima tahun setelah serangkaian pembunuhan brutal mengejutkan kota Woodsboro yang tenang, seorang pembunuh baru telah mengenakan topeng Ghostface dan mulai menargetkan sekelompok remaja untuk menghidupkan kembali rahasia dari masa lalu kota yang mematikan.
Candyman merupakan film horor garapan Nia DaCosta yang diadaptasi dari film berjudul sama (1992) dan sebuah cerita pendek karya Clive Baker, The Forbidden.
Menggaet Jordan Peele sebagai produser, ceritanya berkutat pada sebuah legenda urban tentang teror Candyman, sosok pembunuh supranatural dengan kail sebagai tangan.
Apabila namanya disebut sebanyak lima kali sambil berdiri di depan kaca, sang Candyman nantinya akan datang dan menghabisi siapa pun yang memanggilnya.
Dulunya, legenda ini sempat mengakibatkan kekacauan di Cabrini Green, sebuah lingkungan yang terletak di Chicago.
Sayangnya, meskipun insiden horor tersebut sudah berakhir dan daerah itu telah mengalami gentrifikasi, tragedi serupa kembali terjadi karena ulah Anthony McCoy (Yahya Abdul-Mateen II).
Hal ini berawal ketika Anthony bertemu dengan penghuni lama di daerah Cabrini saat ia dan pasangannya, Brianna Cartwright (Teyonah Paris), baru saja pindah ke lingkungan tersebut.
Dari pertemuan keduanya, ia mendapati informasi tentang legenda urban Candyman yang sempat meneror lingkungan tersebut lebih dari satu dekade lalu.
Bukannya waspada, Anthony yang saat itu sedang berusaha mempertahankan ketenarannya sebagai seorang pelukis di Chicago justru menggunakan cerita tersebut sebagai inspirasi.
Ia ingin kembali memopulerkan legenda tersebut melalui karya-karyanya.
Alhasil, karena tindakannya tersebut, masyarakat di sana mulai ikut-ikutan memanggil sosok Candyman tanpa menyadari konsekuensi yang akan mereka hadapi.
Akankah nasib penduduk Cabrini Green berakhir tragis seperti sebelumnya?
Risa adalah seorang gadis indigo — dia memiliki kemampuan untuk melihat makhluk gaib. Sejak kecil, Risa menjalani hidup kesepian: ayahnya bekerja di luar negeri dan hanya berkunjung enam bulan sekali, sementara ibunya, Elly, bekerja sebagai seorang guru. Ketika Risa genap usia delapan tahun, dia berharap dikaruniai teman. Tak disangka, tiga bocah laki-laki sebayanya: Janshen, Peter, dan William hadir secara tiba-tiba. Anehnya, hanya Risa yang dapat melihat mereka. Mereka akhirnya mengungkapkan bahwa mereka adalah hantu orang Indo yang mati saat masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda. Muak dengan keanehan yang dialami Risa, Elly memanggil Asep, seorang dukun yang juga memiliki indra indigo. Dia menjelaskan bahwa Risa dapat melihat makhluk gaib karena dia dapat mencium bau danur, atau mayat. Asep memperlihatkan wujud asli Janshen, Peter, dan William kepada Risa untuk menakutinya sehingga dia lupa akan kemampuan melihat mereka.
Sembilan tahun kemudian, Risa kembali ke rumah masa kecilnya bersama dengan Elly dan adik perempuannya, Riri. Karena Elly akan dinas ke luar kota, Risa, Riri, dan sepupu mereka Andri ditugaskan untuk menemani nenek mereka di sana hingga pengasuhnya datang. Ketika Riri sedang bermain, dia menemukan sebuah sisir di pohon beringin yang ditanam dekat rumah. Pohon tersebut sebelumnya ditampilkan sebagai satu-satunya tempat yang ditakuti oleh Janshen, Peter, dan William, sehingga mereka mengingatkan Risa untuk tidak pernah ke sana. Malamnya, seorang wanita bernama Asih datang dan menyatakan bahwa dia adalah pengasuh yang dipanggil oleh ibu Andri. Namun, Risa merasakan ada hal yang tidak beres karena Asih langsung saja tertarik pada Riri. Risa menyimpulkan bahwa Asih adalah hantu ketika dia menyadari bahwa Andri tidak dapat melihatnya. Seiring berjalannya waktu, Asih memunculkan lebih banyak kejadian gaib hingga suatu malam, dia berhasil menculik Riri.
Asih kemudian menyerang nenek dan Andri hingga mereka tak sadarkan diri. Putus asa, Risa mengabarkan Elly lewat telepon, kemudian mengenang kembali kemampuannya untuk melihat Janshen, Peter, dan William dengan memainkan sajak anak Sunda yang dulu sering dia nyanyikan bersama mereka. Mereka menuntun Risa ke alam gaib, dimana Asih telah membawa Riri. Di saat yang bersamaan, Elly datang bersama Asep. Dengan menyentuh sisir Asih, Asep mengetahui latar belakang Asih sebagai seorang wanita yang bunuh diri setelah membunuh bayinya yang dia lahirkan dari hubungan zina. Arwah Asih lalu gentayangan dan menculik anak-anak untuk “mengganti” bayinya. Asep menyuruh Elly untuk menancapkan sisir Asih kembali ke pohon beringin, karena sisir tersebut melambangkan arwah Asih sendiri. Saat dia berhasil, Risa, Janshen, Peter, dan William dapat menyelamatkan Riri.
Keesokan harinya, Risa dan keluarganya sepakat untuk pindah rumah. Namun, Risa bersikeras bahwa dia tidak akan melupakan teman-teman gaibnya lagi. Setelah mereka pergi, seorang gadis mengambil sisir Asih yang telah ditancapkan ke pohon beringin, memunculkan kemungkinan bahwa arwah Asih akan gentayangan kembali.[1]
Edwin (Dion Wiyoko) dan Netta (Adinia Wirasti) bersama dua anak mereka, Agam (Bimasena) dan Sekar (Angelia Livie), kembali ke kampung Netta di Temanggung. Kampung yang telah ditinggal Netta 25 tahun bersama ibunya yang marah akan perbuatan sesat ayahnya. Netta harus menyampaikan pesan terakhir almarhumah untuk ayahnya. Netta disambut curiga dan dianggap pembawa musibah karena kampungnya sedang dilanda teror Lampor, setan pencabut nyawa yang membawa keranda terbang. Ayahnya juga meninggal tiba-tiba, sebelum Netta tiba. Edwin berusaha membela istrinya dan percaya akan niat baik kedatangannya. Namun satu per satu rahasia terkuak. Skandal busuk dan kejadian mengerikan muncul menghantui dan membuat keluarga ini terancam pecah. Apalagi ketika anak-anak mereka juga nyawanya terancam oleh Lampor. Tidak ada jalan lain bagi Edwin dan Netta selain menghadapi itu semua.
Tidak lama setelah menaiki pesawat yang akan terbang dalam acara kunjungan kelas ke Paris, Alex Browning (diperankan Devon Sawa), mendapat penglihatan bahwa pesawat yang dinaikinya, Boeing 747 Volee Air Penerbangan 180 akan meledak tidak lama setelah lepas landas. Alex berusaha untuk membatalkan penerbangan pesawat itu dan membuat keributan di pesawat. Setelah keributan itu, akhirnya dia dikeluarkan dari pesawat dengan salah satu gurunya, dan beberapa siswa lain yang juga membatalkan pemberangkatan karena diperintah untuk menjaganya. Hanya beberapa saat setelah pesawat lepas landas mereka menyaksikan pesawat yang sebelumnya mereka tumpangi itu meledak, menewaskan seluruh penumpang yang berada di pesawat, seperti teman baiknya, George (saudara kembar Tod) dan pacar Alex dan Tod, Blake Dreyer (Christine Chatelain) dan Christa Marsh (Lisa Marie Caruk). Sedangkan mereka yang selamat, awalnya lolos dari kematian, tetapi kehidupan mereka hanya tinggal sebentar, rangkaian kematian misterius yang mengerikan mulai menghantui mereka.[5]
Adegan di pantai di mana Clear menceritakan Alex tentang masa lalu keluarganya diperpanjang. Clear memberitahu Alex bagaimana mereka harus mulai bertindak dan melakukan sesuatu yang berguna selagi mereka masih mempunyai waktu. Clear dan Alex akhirnya berhubungan sex dan Clear kemudian hamil (Adegan di mana dia ditemukan dihapus.) Ketika Clear yang menjadi berikutnya dalam daftar Kematian, Alex menyelamatkannya dari ledakan mobil, tetapi ia mengorbankan dirinya untuk melakukannya dan tewas saat itu. Sembilan bulan kemudian, Clear melahirkan seorang bayi laki-laki (yang diberi nama Alex) dan dengan dilahirkannya, bahwa dia telah merusak rancangan Kematian sebab Clear menciptakan kehidupan dan tidak bermaksud menjadikannya. Dia dan Carter menjadi sahabat karib dan mereka mengunjungi tanda peringatan Penerbangan 180. Clear menyatakan bahwa meskipun mereka telah mengalahkan kematian, mereka hanya menang kesempatan pada kehidupan penuh, karena bagi setiap orang, pasti selalu ada suatu hari. Jatuhnya musim gugur dan credits roll.
Bepengaruh pada bagian sambungan
Konsep kehidupan baru dalam mengalahkan kematian disatukan dalam alur cerita Final Destination 2.